Terapi obat merupakan komponen utama dalam penanganan penyakit paru-paru obstruktif, termasuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan asma. Penyakit ini ditandai dengan hambatan aliran udara yang menyebabkan kesulitan bernapas, batuk kronis, dan peningkatan produksi lendir. Tujuan utama pengobatan adalah untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, mencegah eksaserbasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengobatan difokuskan pada penggunaan obat yang dapat melebarkan saluran udara, mengurangi peradangan, dan meminimalkan gejala yang mengganggu aktivitas harian.
Bronkodilator adalah obat lini pertama yang digunakan dalam penanganan penyakit paru-paru obstruktif. Obat ini bekerja dengan melebarkan saluran udara yang menyempit, sehingga meningkatkan aliran udara dan memudahkan pernapasan. Bronkodilator dibagi menjadi dua kelompok utama: agonis beta-2 dan antikolinergik. Agonis beta-2, seperti salbutamol dan formoterol, bekerja dengan merelaksasi otot-otot di sekitar saluran udara. Sementara itu, antikolinergik, seperti ipratropium dan tiotropium, menghambat saraf yang menyebabkan penyempitan saluran udara. Penggunaan bronkodilator secara teratur membantu menjaga saluran udara tetap terbuka dan mencegah serangan sesak napas. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://idikotapontianak.org/
Selain bronkodilator, kortikosteroid inhalasi sering digunakan dalam terapi obat untuk penyakit paru-paru obstruktif, terutama pada pasien dengan asma atau PPOK yang sering mengalami eksaserbasi. Kortikosteroid bekerja dengan mengurangi peradangan di saluran napas, yang dapat mengurangi pembengkakan dan produksi lendir berlebihan. Obat ini efektif dalam mengendalikan gejala jangka panjang dan mencegah serangan asma atau PPOK yang parah. Pada pasien dengan PPOK yang lebih berat, kortikosteroid sering dikombinasikan dengan bronkodilator dalam inhaler untuk hasil yang lebih optimal.
Pengobatan penyakit paru-paru obstruktif juga melibatkan terapi tambahan seperti terapi oksigen, yang digunakan pada pasien dengan PPOK parah yang mengalami hipoksemia kronis atau kadar oksigen rendah dalam darah. Selain itu, penggunaan antibiotik dapat diperlukan pada saat terjadi eksaserbasi akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Terapi kombinasi antara bronkodilator, kortikosteroid, dan terapi pendukung lainnya, yang disesuaikan dengan kondisi klinis pasien, menjadi strategi yang efektif dalam mengendalikan gejala, memperlambat progresi penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit paru-paru obstruktif.