Latar Belakang
Bakso merupakan salah satu makanan yang sangat populer di Indonesia. Namun, masalah keamanan pangan sering muncul terkait dengan penambahan bahan kimia berbahaya, seperti boraks, dalam proses pembuatan bakso. Boraks biasanya digunakan oleh beberapa produsen sebagai pengenyal dan pengawet, meskipun penggunaannya dalam makanan dilarang karena dapat menimbulkan risiko kesehatan serius, termasuk kerusakan hati, ginjal, dan sistem saraf. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan boraks dalam bakso daging sapi yang dijual di daerah Kenjeran, Surabaya, dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode spektrofotometri untuk menganalisis kandungan boraks dalam sampel bakso daging sapi. Dua sampel bakso yang berbeda, yaitu Bakso A dan Bakso B, diambil secara acak dari pedagang yang berjualan di daerah Kenjeran, Surabaya. Masing-masing sampel kemudian dihomogenisasi dan diolah untuk ekstraksi boraks.
Prosedur analisis dimulai dengan penambahan asam klorida pada sampel untuk menguraikan bakso, diikuti dengan penambahan larutan kurkumin sebagai reagen indikator boraks. Reaksi antara boraks dan kurkumin menghasilkan kompleks yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang tertentu, biasanya sekitar 540 nm. Absorbansi yang dihasilkan oleh masing-masing sampel kemudian dibandingkan dengan kurva standar yang telah dibuat dari larutan boraks dengan konsentrasi diketahui untuk menentukan kadar boraks dalam bakso.
Hasil Penelitian
Hasil analisis spektrofotometri menunjukkan adanya kandungan boraks dalam kedua sampel bakso yang diuji. Bakso A memiliki absorbansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bakso B, yang menunjukkan bahwa Bakso A mengandung boraks dalam konsentrasi yang lebih tinggi. Berdasarkan kurva standar boraks, konsentrasi boraks dalam Bakso A ditemukan sebesar 0,5 mg/g, sementara dalam Bakso B ditemukan sebesar 0,2 mg/g.
Kedua konsentrasi ini melebihi batas maksimum yang diizinkan oleh peraturan pemerintah, yang melarang penggunaan boraks dalam makanan sama sekali. Hasil ini menunjukkan bahwa boraks digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan bakso yang dijual di daerah Kenjeran, Surabaya, meskipun penggunaannya dilarang dan berisiko bagi kesehatan.
Diskusi
Penggunaan boraks dalam makanan, seperti bakso, menunjukkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan keamanan pangan yang berlaku. Boraks dikenal sebagai bahan yang berbahaya dan tidak boleh digunakan dalam makanan karena efek toksiknya terhadap tubuh manusia. Konsumsi boraks dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, dan efeknya bisa bersifat kumulatif, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Penelitian ini mengindikasikan bahwa masih ada produsen yang menggunakan boraks dalam produksi bakso untuk memperoleh tekstur yang diinginkan dan memperpanjang masa simpan produk. Hal ini sangat memprihatinkan, mengingat potensi dampak negatif terhadap kesehatan konsumen, terutama jika produk tersebut dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, termasuk anak-anak yang lebih rentan terhadap bahan kimia berbahaya.
Implikasi Kesehatan
Penggunaan boraks dalam makanan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Boraks adalah zat beracun yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, hati, dan ginjal jika dikonsumsi secara berlebihan. Gejala keracunan boraks bisa meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, dan dalam kasus yang parah, kerusakan organ yang memerlukan perawatan medis intensif. Oleh karena itu, keberadaan boraks dalam bakso yang dijual di daerah Kenjeran menimbulkan kekhawatiran yang signifikan tentang potensi risiko kesehatan bagi konsumen.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa bakso daging sapi yang dijual di daerah Kenjeran, Surabaya, mengandung boraks, dengan konsentrasi yang melebihi batas yang diizinkan. Penggunaan boraks dalam makanan sangat berbahaya dan melanggar peraturan keamanan pangan. Hasil ini menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat oleh otoritas terkait dan penegakan hukum yang lebih efektif untuk melindungi konsumen dari bahaya bahan kimia berbahaya dalam makanan.
Rekomendasi
Untuk mengatasi masalah ini, direkomendasikan agar dilakukan pengawasan yang lebih intensif oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap produk-produk pangan, khususnya bakso, yang beredar di pasaran. Edukasi kepada produsen dan pedagang bakso tentang bahaya penggunaan boraks juga sangat penting untuk memastikan bahwa mereka memahami risiko yang ditimbulkan terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, perlu ada kampanye kesadaran konsumen untuk lebih selektif dalam memilih produk makanan dan menghindari produk yang mencurigakan. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari konsumsi bakso yang mengandung boraks di masyarakat.